SYAHDAN seorang pemuda ditugaskan untuk berjualan sepatu di pedalaman di Afrika. Persoalannya, di situ belum pernah ada orang yang memakai sepatu. Maka dalam mbabat alas itu hanya ada dua kemungkinan: dagangannya laris manis atau malah tidak laku sama sekali.
Semuanya bergantung pada pendekatan. Jika pemuda itu bisa meyakinkan bahwa memakai sepatu itu menyehatkan dan lebih berwibawa, maka sepatunya pasti laris. Tapi, meski ia berdagang tanpa pesaing, jika tak cakap menawarkan, dijamin tak ada satupun yang akan beli. Sebab kaki warga yang tak biasa bersepatu tentu merasa tak nyaman.
Kisah itu adalah analogi perjuangan calon gubernur PDIP Ganjar Pranowo di Pemilihan Gubernur Jateng 2013. Putra asli Tawangmangu, Karanganyar itu relatif kurang dikenal karena lebih banyak beraktifitas di Ibukota sebagai Anggota DPR RI. “Perjuangan saya bahkan mungkin lebih berat, karena waktu yang disediakan sangat sedikit,” kata Ganjar di hadapan CEO Suara Merdeka Group Kukrit Suryo Wicaksono dan jajaran redaksi ketika mengunjungi Menara Suara Merdeka, Rabu (13/3).
mengejutkan
Begitulah, usai silaturahmi dengan Komisaris Utama Suara Merdeka Budi Santoso, Ganjar menceritakan ihwal pencalonannya pada awak redaksi. Terpilihnya pria kelahiran 28 Oktober 1968 itu memang mengejutkan. Mengingat ada beberapa nama lain yang lebih diunggulkan seperti Wakil Gubernur Jateng Rustriningsih dan Sekda Hadi Prabowo.
Namun justru, menurut Kukrit, kemunculan politikus muda seperti Ganjar sangat menarik. Kukrit mengaku penasaran dengan program serta ide yang ditawarkan. “Kalau calon yang lain kita semua sudah mengetahui kualitas dan kapasitasnya, tapi Mas Ganjar ini kita belum tahu. Apa sih yang ia tawarkan untuk pembangunan dan kesejahteraan Jawa Tengah?” katanya.
Menurut Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Amir Machmud NS, sosok Ganjar memang menarik bagi kaum muda. Para mahasiswa dan kalangan intelektual cenderung lebih menyukai figur yang juga muda dengan segala kebaruan yang melekat padanya.
Nah, dengan sosoknya yang sudah terlihat “beda” dibanding calon lain, maka konsep sosialisasi dan kampanye Ganjar disarankan harus beda juga. “Harus dicari pola-pola inkonvensional atau tak biasa untuk lebih mengangkat popularitas,” kata Redaktur Pelaksana Triyanto Triwikromo.
Ganjar yang kemarin bersama Plt Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, solidnya kader PDIP adalah modal kemenangan. Selain itu potensi pemilih terbesar justru ada pada massa mengambang. Ganjar juga tak gentar untuk bertarung di pedesaan, bahkan kelompok birokrasi. “Karena ternyata banyak dari birokrasi yang menyatakan mendukung saya karena tak puas dengan kebijakan selama ini,” jelasnya.
Sebelumnya, Ganjar melakukan sosialisasi di hadapan ribuan warga di kampung kelahirannya, Tawangmangu Karanganyar, Selasa malam (12/3). Ia mengemukakan hingga saat ini masih berusaha untuk mendekati Rustriningsih agar mau menjadi juru kampanyenya. Selain itu ia juga berjanji akan membantu menyelesaikan persoalan tanah persil Tawangmangu serta pengelolaan kebun teh di Ngargoyoso.
